Sriyanto Ingin Selesaikan Kuliahnya
Di lereng Gunung Lawu arah Barat Daya, tepatnya di Dusun Deres Desa Kadipiro Kec. Jumapolo, Kab. Karanganyar Jawa Tengah adalah kediaman Sriyanto, mahasiswa Fakultas Syari’ah semester 3 Sekolah Tinggi Agama Islam Mamba’ul Ulum Surakarta (STAIMUS) Solo.
Anak pertama dari dua bersaudara Bapak Sarmin dan Ibu Suliyen ini merasa gembira karena bisa merasakan duduk di bangku kuliah demikian pula kedua orang tuanya, tetapi di sisi lain biaya kuliah yang cukup besar untuk ukuran keluarga sederhana ini memaksa ia banting tulang membantu bapaknya sebagai buruh tani dan mengumpulkan batu kali untuk dijual.
Penghasilan keluarga pak Sarmin ayah Sriyanto tidak menentu, jika musim tanam menjadi buruh cangkul dibayar Rp. 40,000/hari, dan saat tidak musim tanam mengumpulkan batu kali. Harga batu kali tersebut ia jual seharga Rp. 45,000, /m3 . Dalam sehari Pak Sarmin dibantu Sriyanto mampu mengumpulkan sekitar setengah meter kubik saja.
Pak Sarmin ingin sekali anak-anaknya terutama Sriyanto bisa terus kuliah, sebagaimana yang dituturkan kepada Muhammad Yatno Tim Indonesia Belajar BWA (Rabu, 11/7/2012) di rumahnya : “ Kulo niku nggih namung nekat pa, mesak aken anak-anak kulo, kulo niku kat alit dados buruh tani rekoso, mugi-mugi anak kulo mboten kados kulo. Nyekolah aken anak kulo meniko kulo rewangi buruh tani mbanting tulang, semonten ugi istri kulo dipun rewangi dados buruh tandur tebeh dateng daerah Sukoharjo kagem bayar kuliah Sriyanto, supados anak kulo saged terus tetep kuliah”.
(Saya ini hanya berbekal nekat pak, kasihan anak-anak saya, saya itu dari kecil menjadi buruh sudah menderita, semoga anak saya tidak seperti saya. Untuk menyekolahkan anak, saya jalani jadi buruh tani membanting tulang, demikian juga istri saya rela menjadi buruh tandur jauh keluar daerah ke Kab. Sukoharjo (+ 45 Km, red) untuk mencari bayaran kuliah Sriyanto, agar anak saya bisa terus tetap kuliah).
Sriyanto sendiri termasuk anak yang cerdas terbukti Semester I tahun ajaran 2011/2012 rata-rata Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) nya mencapai di atas 3. Sri panggilan sehari-hari Sriyanto ini setiap hari kuliah pulang pergi harus menempuh jarak 50 km, mengendarai motornya dari rumah sampai ke kampus di kota Solo.
Ada kisah menarik tentang motor yang digunakan untuk kuliah Sriyanto ini, karena keinginan yang kuat melanjutkan kuliah di Solo maka Sri sudah menabung untuk bisa membeli motor yang akan mengantarkan kuliahnya sejak 5 tahun lalu (sejak SMP) dari hasil buruh cangkul atau menjual batu kali membantu bapaknya.
Namun apa hendak dikata, sekalipun Pak Sarmin dan Sriyanto sudah bekerja keras membanting tulang kesulitan hidup masih mendera mereka, ia harus gali lubang tutup lubang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan membiayai sekolah adik-adik Sri dan kuliahnya Sri.
Sriyanto berharap kuliahnya tidak mandeg sampai lulus nanti, biaya kuliah yang dibutuhkan sekitar 4,300,000 setahun. Ayo dukung Sriyanto menjalani kuliahnya, semoga donasi Anda bisa meringankan beban mereka.
Donasi Yang Dibutuhkan
Rp. 4.300.000,- (empat juta tiga ratus ribu rupiah)