
Senang dan Sedihnya Hati Najwa Tatkala Sekolah di Pesantren
Senang dan Sedihnya Hati Najwa Tatkala Sekolah di Pesantren
Semenjak diterima sekolah di pesantren, perasaan senang dan sedih silih berganti menghinggapi hati Najwa Lutfiah. Senang karena dapat melanjutkan cita-citanya untuk menimba ilmu di SMPIT Pondok Pesantren Al Husna, Cikampek, Jabar. Sedih lantaran tidak dapat membantu ibunda Mughfiroh (48 tahun) berjualan sayur di depan rumah.
(Najwa dan ibu sedang membantu berjualan)
“Sehari-hari saya biasanya membantu ibu saya berjualan sayur di depan rumah saat pulang sekolah atau pada hari libur, namun semenjak saya masuk pesantren tidak ada yang membantu ibu berjualan lagi,” ujar siswi kelas 1 SMPIT tersebut.
Selama sekolah di SD remaja yang bercita-cita menjadi dokter spesialis anak selalu masuk dalam 10 besar peringkat kelas. “Dan saya juga mengikuti belajar tambahan di luar sekolah bersama teman-teman saya yang diadakan gratis setiap hari Sabtu dan Ahad,” ungkap bungsu tiga bersaudara.
Selain sedih tidak bisa membantu ibu, ia juga tak dapat membayangkan bagaimana kedua orang tuanya bisa melunasi biaya sekolah pesantrennya. Maklumlah ayahanda Nazarun Fauzi (53 tahun) hanya bekerja sebagai buruh kasar. Penghasilan ayah dan bunda bila dijumlah, sudah cukup untuk bisa bayar kontrak rumah dan makan sehari-hari saja sudah sangat Alhamdulillah.
Untuk mengurangi beban keluarga yang mengontrak di Jalan Moh Kahfi II, Gang Janah RT 5/4 Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta Selatan tersebut, melalui program Indonesia Belajar (IB), Badan Wakaf Al-Qur’an (BWA) mengajak kaum Muslimin berdonasi. Sehingga cita-cita Najwa tercapai dan kita semua mendapat pahala yang berlimpah dari Allah SWT karena telah membantu sesama. Aamiin.[]
Donasi yang Diperlukan:
Rp 18.850.000 (Biaya kebutuhan boarding Rp 900 ribu X 11 bulan; biaya KBM Rp 850 ribu; kesehatan Rp 300 ribu, Uang Gedung Rp 5jt)
Mitra Lapang:
Weli Kurniawan