
Meski Agak Terbata, Alip Semangat Menghafal Al-Qur’an
Meski Agak Terbata, Alip Semangat Menghafal Al-Qur’an
Siapa sangka kini Alip (12 tahun) sudah lebih dari setengah tahun menjadi santri penghafal Al-Qur’an di Pesantren Mafatih Wanayasa, Purwakarta dan lebih shalih pergaulannya terjaga, lebih tertib, shalat berjamaah lima waktu dan kebiasaan baik lainnya.
Padahal sebelumnya, Alip, begitu sapaan akrabnya, suka melakukan sesuatu tanpa bilang sama orang tua. Ibunya, Nurjannah (35 tahun), sering pula menasihati dan menegur. Tetapi ia tetap saja seperti itu. Sang ibu pun mengira mungkin hal itu terjadi lantaran perhatian ibu terbagi dengan mencari nafkah untuk menggantikan sang ayah yang sudah meninggal sejak Alip berumur 3 Tahun sehingga kurang optimal dalam mendidik anak.
(Alip, Santri Mafatih Wanayasa)
Meski demikian, Nurjannah tetap berharap dan berdoa agar anaknya menjadi shalih. Maka pada suatu hari ketika liburan sekolah kelas enam SD tahun lalu, sang ibu kaget sekali tiba-tiba Alip berkata, “Mah, saya ingin di pesantren saja agar bisa jadi anak yang berbakti kepada orang tua dan jadi anak yang shalih, yang bisa bantu keluarga di akhirat kelak.”
Tanpa banyak pertimbangan, begitu tamat SD, Alip pun langsung dimasukkan ke pesantren terbaik yang terdekat yakni Mafatih.
Meskipun masih agak kesulitan dalam membaca Al-Qur’an tetapi Alif tetap semangat belajar di pesantren. Ia terus berusaha memperbaiki bacaannya sambil terus mengulang-ulang ayat demi ayat Al-Qur’an untuk bisa menghafalkannya.
Semangat Alip sangat luar biasa, meskipun di tengah keterbatasan namun cita-citanya sangat mulia, anak yatim ini ingin membahagiakan orang tuanya dan memakaikan mahkota kemuliaan kepada keduanya di Surga-Nya kelak.
Saat ini Alip tidak sendirian, bersama puluhan santri lainnya. Alip dan kawan-kawan tengah berjuang untuk mewujudkan mimpi menjadi penghafal Al-Qur’an di Pesantren Mafatih. Mereka mengabdikan diri untuk menjadi penjaga Al-Quran dan menebarkan kebaikan Al-Qur’an melaui lisan-lisan mereka.
Melihat perubahan tersebut ibunya sangat senang. Namun bila memikirkan biaya pesantren, sang ibu sering mengernyitkan dahi karena sangat kesulitan untuk membayarnya. Maklumlah, penghasilannya sebagai Penjual Nasi uduk yang sangat minim.
Untuk mengurangi beban keluarga warga, Jalan Pamikul Bawah III, Tegal Gundil Bogor BWA mengajak kaum Muslimin berdonasi melalui program Indonesia Belajar (IB) sehingga biaya pesantren Alip selama setahun dapat tertutupi.
Semoga kita semua mendapat pahala berlimpah dari Allah SWT karena telah membantu sesama. Aamiin.[]
Donasi yang Diperlukan:
Rp.35.000.000
Patner Lapangan:
Ridzky Maulana
#BWA #IB #IndonesiaBelajar