Keinginan Masuk Pesantren Faqih, Beban Ekonomi Keluarga yang Sangat Terbatas

Keinginan Masuk Pesantren Faqih, Beban Ekonomi Keluarga yang Sangat Terbatas

Keinginan Muhammad Faqih Najmuddin (12 tahun) menjadi seorang penghafal Al-Qur’an (hafidzul qur’an) untuk menjadi ulama besar sangatlah kuat. Buktinya, meski sekolah dasarnya bukan di sekolah tahfiz, ia mampu menghafal 4 juz Al-Qur’an. Makanya setamat SD, ia sangat ingin untuk melanjutkan pendidikanya di Pesantren Mafatih Wanayasa, Purwakarta..

Dengan masuk pesantren diharapkan dirinya bisa menjaga hafalan sekaligus dapat menambah hafalannya. “Karena menghafal bareng-bareng seumuran lebih seru dan menambah semangat menghafal,” ujar Faqih.

(Faqih Najmuddin)

(Faqih Najmuddin, 12 tahun)

Dengan masuk pesantren juga Faqih berharap bisa terlepas dari kecanduan main game. Karena memang di era digital seperti ini yang tadinya anak-anak seumuran Faqih biasanya bermain bola di luar rumah sekarang bermain game terutama game online. Hal ini membuat pada saat itu Faqih sempat ikut-ikutan bermain game online. Namun, semakin hari Faqih mulai menyadari bahwa hal itu akan berdampak buruk bagi masa depannya. Oleh karena itu Faqih berbicara kepada orangtunya agar Faqih dimasukan  ke pesantren saja supaya bisa fokus belajar dan mendalami ilmu agama juga.

Faqih sendiri memang sangat ingin mendalami agamanya seperti yang diungkapkan oleh orangtuanya. ketika ditanya setelah menjadi hafiz Al-Qur’an, mau ngapain, dengan lantang menjawab, “Faqih ingin menjadi ulama besar yang nantinya bisa memimpin umat!”. Ini merupakan cita-cita besar yang sangat jarang keluar dari mulut seorang anak SD yang baru akan melanjutkan ke pesantren tersebut.

Kedua orangtuanya sangat kaget dan senang melihat buah hatinya yang penuh semangat menapaki jalan menuju tercapainya cita-cita. Namun bila dilihat dari sisi kemampuan ekonomi, kedua orang tuanya sebenarnya sangat berat untuk membayar biaya masuk maupun biaya per bulan Faqih di pesantren.

Sebagai pegawai swasta yang gajinya di bawah UMR, Tentu saja penghasilannya itu langsung habis untuk keperluan sehari-hari dan tak jarang malah kurang. Untuk menutupinya, kedua orang tua Faqih pun membuka usaha es mangkuk. Namun sejak awal-awal pandemi Covid-19 usahanya tutup lantaran sepi pembeli.

Tak ingin membuat anaknya kecewa, ia pun meminjam uang untuk biaya masuk pesantren. Hingga kini belum terlunasi dan membayar biaya bulanan sering telat.

Untuk mengurangi beban keluarga Faqih, Badan Wakaf Al-Qur’an (BWA) mengajak kaum Muslim berdonasi melalui program Indonesia Belajar (IB) guna membantu biaya pendidikannya. Semoga Allah SWT membalas kebaikan para donatur dengan curahan rahmat berlipat ganda. Aamiin.[]

 

Donasi yang Diperlukan:

Rp.60.540.000

Mitra Lapangan:

Nabil A.R

 

#BWA #IndonesiaBelajar #IB

Para Donatur