
Karena Tidak Ada Kepastian Masuk Pesantren, Ali Menangis
Karena Tidak Ada Kepastian Masuk Pesantren, Ali Menangis
Muhammad Ali Abdullah (12 tahun) merupakan salah satu santri Pondok Pesantren Tahfidz Baron, Kota Bogor, yang sangat bersemangat menghafal Al-Qur’an dan belajar ilmu-ilmu keislaman. Santri yang baru duduk kelas 7 SMP ponpes tersebut mengaku setamat sekolah dasar langsung meminta kepada ayahnya, Rudi Jaya (45 tahun), agar dimasukan ke pesantren.
“Alhamdulillah saya sangat menyambut keinginannya dan langsung mencari informasi pondok pesantren mana yang baik untuk Ali,” ujar Rudi. Meski demikian, Rudi gamang untuk memasukannya ke pesantren. Pasalnya, biaya pesantren relatif tidak terjangkau dengan penghasilan Rudi yang di bawah UMR.
(Bantu Ali untuk Tetap Bersekolah dan Mondok)
Setelah masalah itu disampaikan kepada Ali, air mata pun membasahi pipi remaja tersebut. Pasalnya, ia benar-benar ingin menimba ilmu-ilmu keislaman dan menghafal Al-Qur’an di pesantren.
Melihat kesungguhan anak ketiga dari lima bersaudara tersebut, Rudi pun memaksakan diri melobi pihak pesantren untuk meminta keringanan biaya dan waktu pembayaran. Namun pihak pesantren hanya memberikan kelonggaran waktu pembayaran.
Ali pun senang karena bisa masuk pesantren. Pesantren tempat Ali belajar memberikan kompetensi yang seimbang antara pelajaran agama dan pelajaran umum level SMP sehingga santri bisa seimbang dalam menerima pelajaran. Untuk menambah keterampilannya, Ali juga mengikuti kegiatan ekstrakulikuler panahan dan fotografi.
Pihak pesantren pun mengapresiasi hadirnya Ali. “Ali cukup berbeda dari santri lainnya, Mas. Meskipun baru saja masuk, ia sudah banyak teman dan aktif dalam pembelajaran serta sosialisasi. Sangat terlihat ceria dan menikmati sekali bersekolah di sini,” ucap Ustaz Fakhry Rizqi, wali kelasnya Ali.
Sedari SD pun Ali memang supel dan juga aktif mengikuti berbagai perlombaan. Bahkan pernah menjadi juara satu lomba pidato dan juara satu lomba azan.
Rutinitas Ali di pesantren mulai dari shalat Tahajud, kegiatan tahfidz tahsin, kemudian bersekolah. Selepas sekolah Ali melanjutkan kegiatan pondok hingga selepas Isya dan diakhiri dengan kegiatan mandiri sebelum tidur yang biasanya diisi Ali dengan mempersiapkan pelajaran esok hari.
Melihat keadaan Ali yang sangat menikmati kesehariannya di pesantren, Rudi sangat senang. Namun bila mengingat biayanya, warga Jalan Sri Mulya, Kelurahan Setu, Kecamatan Setu, Tangerang, Banten, kebingungan. Pasalnya, pekerjaannya saat ini di daerah Serpong, Banten, jauh di bawah UMR, setelah terkena PHK dari pekerjaan sebelumnya yang bergaji sesuai UMR.
Rudi mengkhawatirkan biaya yang harus dibayarkan untuk pesantren Ali karena perjalanannya hingga tamat masih cukup panjang. Bahkan biaya masuk awal pesantren Ali masih belum terlunasi. Hal ini hampir membuat Ali batal masuk pesantren. Tapi karena pihak sekolah memberikan tenggat waktu, Ali diperbolehkan untuk melanjutkan proses pembelajaran.
Untuk mengurangi beban keluarga Rudi, Badan Wakaf Al-Qur’an (BWA) mengajak kaum Muslim berdonasi melalui program Indonesia Belajar (IB) guna membantu biaya pendidikan Ali. Semoga Allah SWT membalas kebaikan para donatur dengan curahan rahmat berlipat ganda. Aamiin.[]
Donasi yang Diperlukan:
Rp.37.250.000
Mitra Lapangan:
Endang Suryana
#BWA #inovasiWakaf #IB #IndonesiaBelajar