Jualan Kue Di Sekolah, Agar Jadi Hafidzah

Selain menuntut ilmu, siswi kelas 6 MI Arruhaniyyah Cikampek Nurul Fadhilah Amalia (12 tahun) di sekolah juga berjualan kue. Selain belajar, di rumah pun Nurul membantu ibunya membuat kue. Hal itu dilakukannya sejak kelas 3 MI.

Kue yang dibuatnya tersebut dijual pada jam istirahat. Keuntungannya untuk keperluan sekolah dan jajan.

(Nurul Fadhilah Amalia, 12 tahun)

Pernah ditegur sama wali kelas, namun setelah diketahui kondisi ekonomi keluarganya, ia pun dibiarkan berjualan asalkan tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar. Nurul pun senang dengan syarat itu. Dan benar saja, sampai saat ini aktivitas bisnisnya tidak menganggu kegiatan pokok di sekolah tersebut.

Jiwa wirausaha warga Perum BMI, Dawuan Tengah, Cikampek, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, tampaknya semakin berkembang. Buktinya, keuntungan yang tadinya untuk jajan, ia kumpulkan. Setelah cukup, dibelikan daster dan pakaian wanita lainnya untuk dijual kembali.

Tak terasa, kini ia sudah duduk di kelas 6. Ia ingin meneruskan pendidikan ke Pesantren Darul Bayan Sumedang agar bisa menjadi hafidzah dan ustadzah sekaligus seorang pengusaha kue. Hanya saja ia tahu persis kondisi ekonomi keluarga yang serba kekurangan.

Maklumlah, ayahanda Kamaluddin (43 tahun) yang bekerja sebagai terapis lintah dan bekam penghasilannya langsung habis untuk keperluan makan sehari-hari. Mengandalkan keuntungan dari dagangan Nurul sendiri untuk biaya masuk pesantren tentu terlalu banyak kurangnya. Karena omset dagangannya hanyalah hanyalah ratusan ribu sedangkan masuk pesantren jutaan rupiah.

Untuk mendukung cita-citanya, BWA mengajak kaum Muslimin berdonasi melalui program Indonesia Belajar (IB) sehingga Nurul bisa menimba ilmu di pesantren tahfidz Qur’an.

Semoga kita semua mendapat pahala berlimpah dari Allah SWT karena telah membantu sesama. Aamiin.[]

Donasi yang Diperlukan:

Rp25.500.000

Mitra Lapangan:

Dadan

#BWA #Wakaf #IndonesiaBelajar #IB