.jpeg)
Dukung Salsabila Menjadi Hafidzah dan Ulama Profesor
Dukung Salsabila Menjadi Hafidzah dan Ulama Profesor
Prestasi Salsabila Hana Mardiyanillah (13 tahun), santriwati kelas 8 MTs Ma’had Al-Abqary Serang, dalam menunut ilmu cukup menggembirakan. ”Menurut Pondok, akhlaknya baik, nilai Depag tertinggi, nilai kepondokan mumtaz, sudah hafal 5 juz Al-Qur’an,” ungkap Tutik S Atikah (48 tahun), ibunya Salsabila.
Menurutnya, saat liburan kenaikan kelas lalu, Salsabila juga Juara Kedua Lomba Tahfidz RW Tahun 2020. Waktu sekolah di madrasah ibtidaiyah juga anak ketiganya itu peringkat satu kelas terbaik UN, UAM dan lainnya.
(Salsabila Hana,13 tahun)
Di Ma’had Al-Abqary jadwalnya penuh dan tidak diizinkan keluar kompleks pondok. Sedangkan ketika liburan di rumah ia suka membantu masak, kemas kue dan berdagang.
Selain itu juga menghafal dan murajaah lebih giat lagi, setiap waktu luang selalu menyempatkan murajaah kitab-kitab nahwu seperti Qa’idati, Aljurumiyyah, Kailani ‘Ilal. Ia pun rutin shalat Dhuha, sunnah rawatib, baca Sirah Nabawiyyah, buku-buku rekomendasi, dan buku-buku pemahaman Islam. Jadi meskipun libur, kegiatan Salsabila tetap produktif.
Setamat MI, remaja yang bercita-cita menjadi hafidzah dan ulama yang bergelar professor tersebut langsung menurut saja begitu sang ayah menyekolahkannya ke Al-Abqary. Apalagi melihat kakaknya, Qonita Diyaana Al Aziza sudah lebih dulu mondok.
Ibunya Salsabila menilai pondok pesantren tersebut bagus dalam membentuk kepribadian Islam para santrinya salah satunya dibuktikan dengan kepribadian Islam anak dari pasangan AS Fahmi (alm) dan Tutik S Atikah (48 tahun) tersebut.
Sehingga meskipun ekonomi keluarga pas-pasan, orang tuanya Salsabila tetap memaksakan diri memasukannya sekolah di MTs Ma’had Al-Abqary.
Kondisi ekonomi keluarga Salsabila benar-benar terpukul parah sejak pandemic Covid-19,usaha bazar (pasar malam keliling) tutup. ”Karena Covid-19, lapak bazar kami ditutup dari bulan Maret 2020 sampai sekarang, belum tahu kapan akan dibuka lagi,” ujar warga Vila Mutiara Cinere E6/24 Grogol, Limo, Depok, Jawa Barat.
Ia sudah mengupayakan mencari dana untuk biaya sekolah anaknya itu. “Ke APBD Depok, tidak ada, alas an sudah ditutup. KIP juga menurut Pak RT tidak ada,” akunya. Sehingga biaya pendidikan Salsabila sejak Maret 2020 menunggak.
Untuk mengurangi beban keluarga Qonita, BWA mengajak kaum Muslimin berdonasi melalui program Indonesia Belajar (IB) sehingga tunggakan biaya pendidikannya Salsabila dapat terlunasi bahkan biaya untuk beberapa bulan dapat ditutupi.
Semoga kita semua mendapat pahala berlimpah dari Allah SWT karena telah membantu sesama.
Aamiin.
Donasi yang Diperlukan:
Rp.39.371.500
Mitra Lapangan:
Edi Humaedi
#BWA #IndonesiaBelajar #IB