
Ayah Kerap di-PHK Pemompa Semangat Alif untuk Giat Belajar
BWA-IB. Kejiwaan Alif Nur Rachman bisa dibilang stabil. Meski ayahanda Soemarsono kerap di-PHK tetapi tidak membuat prestasi belajar siswa kelas X SMK 1 Cibinong Jurusan Rekayasa Perangkat Lunak (RPL) tersebut anjlok. Keadaan ekonomi keluarga yang tidak menentu sudah biasa dialami bahkan sejak lahir.
“Di era reformasi saya lahir dan bertepatan dengan ekonomi Indonesia yang buruk, ayah jadi pengangguran karena di-PHK sebagai resepsionis, tak lama kemudian hotel tempat bekerjanya pun bangkrut,” ujar remaja kelahiran 30 Maret 1999.
Ketika teman sebayanya masuk Taman Kanak-Kanak, Alif belajar di rumah bersama ibunda Astuti. Ranking dua, tiga atau empat menjadi langganan tetap Alif sejak kelas 1 hingga kelas 6 SD.
Selain lima waktu yang merupakan kewajiban, sejak kelas 6 SD hingga sekarang Alif rajin shalat sunnah dhuha. Bahkan di tengah ekonomi yang sulit, Astuti kerap menganjurkan Alif untuk bersedekah.
“Jadi orang tua saya menyuruh untuk shalat dhuha dan selalu berdoa agar masuk ke sekolah itu serta menyisihkan sebagian uang jajan untuk diberikan ke pembangunan mesjid dekat sekolah,” ujarnya.
Menjelang Ujian Nasional (UN), ayahanda yang baru beberapa tahun diterima sebagai Satpam, kembali di PHK. “Orang tua pikir psikologi saya akan terganggu karena ayah di-PHK. Justru itu adalah pemompa semangat saya untuk belajar lebih,” tekadnya.
Dengan nilai UN yang tinggi (25,50), Alif lulus masuk SMPN 9 Depok yang kala itu passing grade-nya 23,00. Dia jadi ranking 200 dari 900 pendaftar. Selain aktif di Kerohanian Islam (rohis), pada kelas 9 Alif dan beberapa temannya ditunjuk pihak sekolah mengikuti lomba film pendek yang diselenggarakan SMK Cakra Buana.
Alif ditunjuk oleh teman-teman untuk menjadi penulis naskah dan sutradara. “Karena teman saya menganggap saya orangnya tidak putus ide,” ungkapnya.
Dari 30 sekolah, SMK 9 Depok yang diwakili Alif dan kru masuk nominasi Film Terfavorit. “Alasannya karena film yang kami buat mempunyai unsur yang unik dan menjadikan itu dapat dinikmati oleh penonton,” akunya.
Ujian dari Allah SWT kembali datang, ketika Alif mau UN sang ayah ---yang baru bekerja lagi dua tahun--- kembali di-PHK. “Kami mulai tidak aneh dengan kejadian seperti itu. Tapi kami bingung, jika ayah tidak bekerja, bagaimana dengan sekolah saya, SMK kan tidak gratis?” ujarnya.
Namun, prestasi Alif tidak boleh terhenti lantaran orang tua tidak punya biaya. Dengan hasil UN 33,05 Alif pun lolos masuk Jurusan Rekayasa Perangkat Lunak SMK 1 Cibinong.
Alif sangat senang sekali karena dapat membongkar komputer (PC), belajar membuat situs web internet, jaringan dasar dengan mengkrimping kabel. “Semua itu menjadi pengalaman yang menurut saya itu asyik,” ujarnya.
Hari-harinya berjalan normal, hingga tiba saatnya ulangan tengah semester dan akhir semester, ia tidak boleh ikut ujian bila belum melunasi SPP. Maka, orang tua selalu datang ke sekolah memohon agar Alif dapat diikutsertakan ujian. Alhamdulillah, pihak sekolah masih memberikan keringanan. “Namun demikian, SPP yang masih kosong, membuat pikiran kedua orang tua saya semakin pusing,” ungkapnya.
Untuk meringankan beban keluarga Alif, melalui program Indonesia Belajar (IB), Badan Wakaf Al-Qur’an mengajak kaum Muslimin berdonasi. Sehingga biaya sekolah Alif terlunasi, Alif dapat terus berprestasi dan pahala dari Allah SWT untuk kita semua tidak berhenti. Aamiin.[]
Donasi yang Diperlukan:
Rp 6.500.000,- (SPP Kelas X: 3 x 320 ribu = Rp 960 ribu; DSP= 1,7 juta; SPP Kelas XI: 12 x 320 ribu = Rp 3 juta 840 ribu).
Mitra Lapang:
Welly Kurniawan