
Alvian, Syok di Tahun Pertama Kuliah
Betapa pusingnya Alvian Aditya Kanzi (21). Karena mahasiswa semester enam salah satu universitas di Jakarta ini terancam dikeluarkan dari kampusnya, bila tidak melunasi biaya kuliah semester satu dan dua. “Uang yang harus dibayar sebesar Rp 300 ribu per SKS, jika ditotal dalam 2 semester ya Rp 11 juta 700 ribu,” ungkapnya.
Sedangkan penghasilan ayahanda Elfinur (54 tahun) yang Rp 750 ribu per bulan --- sebagai dosen luar biasa di salah satu perguruan tinggi swasta di Malang--- cukup untuk biaya makan sehari-hari saja sudah alhamdulillah.
Lantas mengapa warga asli Mojolangu, Lowokwaru, Malang, Jawa Timur ini bisa kuliah di Jakarta? Awalnya, mahasiswa yang dulunya pernah ikut kelas akselerasi di sekolah berstandar internasional (SBI) SMA Negeri 3 Malang tersebut pada Februari 2011, mendapat info dari guru bimbingan konseling bahwa kampus tersebut membuka tes seleksi beasiswa penuh di Kota Malang.
Beasiswa tersebut berupa gratis seluruh biaya pendidikan. Bahkan disebutkan juga meliputi bantuan biaya hidup per bulan dan satu unit laptop. Namun biaya kuliah wajib dibayar di setiap semester yang indeks prestasi kuliah (IPK)-nya berada di bawah angka 3,00.
“Hal tersebut membuat saya tertarik mengikuti tes seleksi dan berhasil lulus. Setelah itu, saya pindah ke Jakarta untuk kuliah,” ungkap anak yang ber-IQ tinggi yang juga mendapatkan beasiswa penuh ketika masih di SMA.
Namun, saat awal kuliah ia mengalami kesulitan beradaptasi dengan teman-temannya sehingga ia tidak konsern belajar dan tertekan. Akibatnya, IPK Alvian di dua semester awal kurang dari 3.00. “Sehingga di dua semester tersebut saya harus membayar uang kuliah,” ungkapnya.
Beruntung ia segera bangkit kembali, sejak semester tiga hingga semester lima, IPK-nya di atas 3,00. Artinya, pada ketiga semester tersebut beasiswa penuh kembali diraihnya. Dan untuk tunggakan yang sebelumnya, bisa ditahan hingga akhir masa studi.
Tapi di akhir tahun 2013, manajemen kampus melakukan perombakan struktur dan banyak mengeluarkan kebijakan baru, salah satunya perihal pelunasan biaya kuliah bagi seluruh mahasiswa termasuk para penerima beasiswa.
Sehingga pada Desember 2013, dikeluarkan putusan bahwa pelunasan harus dilakukan selambat-lambatnya pada semester enam ini, bila ingin tetap kuliah di kampus tersebut.
Melalui program Indonesia Belajar (IB), Badan Wakaf Al-Qur’an (BWA) mengajak kaum Muslimin mendonasikan sebagian hartanya untuk menutupi tunggakan uang kuliah selama Alvian tidak mendapatkan beasiswa. Sehingga ia dapat menamatkan kuliah untuk menggapai cita-citanya. Serta pahala melimpah dari Allah SWT kepada kita yang telah menolongnya.[]
Donasi yang dibutuhkan:
Rp 7.500.000,-
Partner lapang:
Alimuddin Baharsyah