
Agar Dapat Kuliah, Hendrik Berjualan Mie Organik, Buku dan Ngajar Les
BWA-IB. Meski baru tingkat satu manajeman syariah, Hendrik Anggraeni sudah mengelola pemasukan dan pengeluaran finansialnya untuk kuliah di Sekolah Tinggi Ekonomi Islam (STEI) Hamfara DIY. “Saya belajar untuk berjualan mie organik, buku, mencari link jika ada anak yang membutuhkan les privat. Tanpa melupakan kewajiban saya untuk belajar dan juga berdakwah,” ujar gadis kelahiran Tulungagung, 28 Nopember 1995.
Hal itu dilakukannya, karena ia benar-benar ingin kuliah meskipun kedua orangtuanya, tidak dapat membiayai. Ayahanda Kusnan (61 tahun) hanyalah seorang petani yang penghasilanya hanya cukup untuk makan sehari-hari dan ibunda Maesaroh (49 tahun) ibu rumah tangga yang tidak memiliki pemasukan.
Namun penghasilannya dari berjualan dan mengajar les tetap jauh dari kata cukup untuk memenuhi kebutuhan biaya kuliahnya. Sejak awal, warga Dusun Krajan Tulungagung sudah berusaha meminta keringanan biaya kuliah, akan tetapi ada beberapa biaya yang memang harus dibayar tanpa bisa mendapat keringanan. Kakak perempuannya, Erni Lisia Hartatik yang berusaha untuk membantu sedikit dalam pembiayaan biaya juga terlihat kewalahan. Karena memang gajinya sebagai guru di sekolah swasta di Nganjuk tidak seberapa, hanya cukup untuk dirinya sendiri.
Keterikatan Hendrik terhadap syariat Islam nampak sejak SMP yang terbiasa mengenakan kerudung. Ketika berfoto untuk ijazah, semua siswi yang berkerudung harus membuka kerudungnya. Namun Hendrik tetap teguh pendirian, meskipun hanya sebentar, meskipun hanya untuk difoto ijazah saja, tetapi itu tetap melanggar syariat. “Karena saya faham tidak boleh memperlihatkan aurat kita kepada orang yang bukan mahram,” ujar Hendrik.
Setelah ditandatanganinya perjanjian dengan orang tua bahwa Hendrik tetap memakai kerudung, akhirnya pihak sekolah membolehkan Hendrik difoto tanpa melepas kerudung.
Alasan Hendrik bersikukuh kuliah karena ia memahami mencari ilmu adalah kewajiban bagi setiap Muslim. “Di samping itu, saya memiliki visi ke depan bahwa nanti setelah saya lulus S1, saya akan melanjutkan S2 menjadi dosen ekonomi Islam dan membagi atau mengajarkan ilmu yang saya peroleh,” ujarnya.
Untuk meringankan beban keluarga Hendrik, melalui program Indonesia Belajar (IB) Badan Wakaf Al-Qur’an (BWA) mengajak kaum Muslimin berdonasi. Sehingga cita-cita Hendrik menjadi dosen ekonomi Islam tercapai, dan pahala untuk kita semua lantaran telah membantu lahirnya generasi penerusan bangsa yang berkualitas. Aamiin.[]
Donasi yang Diperlukan:
Rp 12.200.000,- (biaya masuk kuliah Rp 2 juta 400 ribu; katering Mei 2015-Juni 2016 Rp 8 juta; administrasi asrama September-Agustus 2015 Rp 1 juta 800 ribu).
Mitra lapang:
Welly Kurniawan